PENGARUH
PEMUPUKAN DAN PENGOLAHAN LAHA PADA
TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril)
PADA LAHAN SAWAH
Diajukan
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Budidaya Tanaman Pangan
Oleh:
Kelompok 10
1.
Isbat Ali (141510501235)
2.
Bintang Yunanda P. (141510501238)
3.
Akbar Budi Laksono (141510501242)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai
kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah
Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke 17
sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke
Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang
(Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
Kedelai
merupakan salah satu komoditas tanaman yang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah kedelai yang diproduksi oleh
masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan kedelai
yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman kedelai telah banyak
dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Kedelai sebagai bahan
pokok untuk produksi industri rumah tangga seperti pembuatan tempe dan tahu.
Tanaman kedelai ini dapat bersimbiosis mutualisme dengan mikroorganisme tanah
seperti rhizobium. Rhizobium ini dapat meningkatkan kebutuhan N bagi tanaman.
Akar tanaman
kedelai berfungsi sebagai pengambilan unsur hara dan mineral yang dibutuhkan
oleh tanaman kedelai tersebut untuk tumbuh sehingga akar ini merupakann organ
yang vital bagi setiap tanaman dan akar tanaman kedelai ini juga berfungsi
tempat simbiosis oleh bakteri penambat N. Batang tanaman kedelai berfungsi
sebagai tempat percabangan ranting tanaman serta sebagai tempat penghubung atau
penyaluran unsur hara dan mineral dari akar ke batang dan penyaluran hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh tanaman. Daun tanaman kedelai berfungsi
sebagai tempat proses fotosintesis yang digunakan tanaman untuk melangsungkan
hidup tanaman atau lebih tepatnya sebagai dapur tanaman. Bunga kedelai
berfungsi sebagai perkembangbiakan secara generatif tanaman kedelai. Biji
tanaman kedelai berfungsi sebagai perkembangan generatif tanaman kedelai
tersebut dan biji ini yang berguna bagi manusia sebagai bahan pokok makanan dan
bahan lainnya dari tanaman kedelai.
Hasil tanaman
kedelai juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum
optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum
tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha
untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai adalah peningkatan taraf hidup
petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi kedelai
yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas kedelai yang dihasilkan
tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami
karakteristik tanaman kedelai yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi
dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman kedelai sehingga dapat meningkatkan
produksi kedelai di Indonesia.
Tanaman kedelai
merupakan tanaman yang bersifat semusim yaitu tanaman yang hanya ditanam hanya
sekali sehingga tidak dapat dipanen secara berulang-ulang. Tanaman kedelai ini
kaya akan sumber protein sehingga banyak manfaatnya bagi manusia. Untuk umur
kedelai sendiri tergantung pada varietas yang digunakan untuk budidaya. Ada
kedelai yang berumur dalam yaitu lebih dari 90 hari dalam 1 kali panen, kedelai
yang berumur sedang antara 85-90 panen dan ada juga umur kedelai yang berumur
rendah yaitu kurang dari 75-85 hari pemanenan.
Upaya untuk meningkatkan produksi
kedelai yang optimal perlu diperhatikan faktor lingkungan yang ada di lahan
atau tempat budidaya tanaman kedelai serta teknik bercocok tanaman kedelai yang
benar. Untuk faktor lingkungan meliputi beberapa faktor yaitu iklim, tanah dan
tinggi tempat tanaman kedelai yang diperlukan untuk tumbuh secara optimal
sedangkan untuk cara bercocok tanam yang benar seperti pemilihan varietas,
pengolahan tanah, waktu tanam, persiapan benih, pemupukan dan pemeliharaan.
1.2
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui budidaya tanaman Kedelai (Glycine
max (L) dengan pengaruh pupuk.
2.
Untuk
mengetahui budidaya tanaman Kedelai (Glycine
max (L) dengan pengaruh pengolahan lahan sawah.
BAB 2. PEMBAHASAN
Pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas dua tipe
yaitu tipe indeterminit dan determinit. Tanaman kedelai termasuk berkeping dua,
yaitu mempunyai perakaran tunggang. Pada akar terdapat bintil-bintil yang
merupakan koloni bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini dapat menfiksasi
nitrogen dari udara yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman kedelai. Batang
kedelai berwarna ungu atau hijau, daun kedelai adalah majemuk yang terdiri dari
tiga helai anak daun, warna daun hijau muda, hijau tua atau hijau
kekuning-kuningan, tergantung varietasnya. Bunga kedelai disebut bunga
kupu-kupu dan merupakan suatu rangka yang terdiri 3 – 15 bunga yang terdapat di
ketiak daun. Biji terdapat di dalam polong yang jumlahnya berkisar 1-5 biji per
polong. Pada umumnya varietas- varietas kedelai yang diusahakan mempunyai 2 – 3
biji per polong (Somatmadja, 1977).
Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki
struktur tanah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik tanah.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pengolahan tanah sebelum ditanami kedelai dapat
dilakukan tergantung dari tipe lahan dan kandungan air tanah. Tanaman kedelai
dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100 – 400
mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah
hujan antara 100 – 200 mm/bulan. Tanaman kedelai memerlukan P dalam jumlah
relative banyak, hara Fosfat diserap tanaman sepanjang masa pertumbuhannya yang
berfungsi antara lain untuk merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan
lebih tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi
dari biji, tetapi periode terbesar penggunaan P dimulai pada masa pembentukan
polong sampai kira-kira sepuluh hari sebelum biji berkembang penuh.
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak banyak
membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut
dan peka terhadap pencahayaan. Tanaman C3 merupakan tanaman yang memerlukan
intensitas cahaya matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini dapat
membentuk rantai carbon sebanyak 3 buah dalam menambat carbon dioksida (CO2)
dalam melangsungkan fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995). Untuk tanaman
kedelai tidak perlu diadakan naungan karena salah satu tanaman C3 sehingga
tanaman kedelai lebih efektif pada suhu antara 23-270 C dan
ketinggian antara 0,5-500 m dari permukaan laut. Tanaman kedelai termasuk
tanaman dikotil yang berarti memiliki kayu pada bagian batangnya dan termasuk
dalam famili polong-polongan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman kedelai dapat dari
berbagai hal, salah satu contohnya yaitu faktor iklim. Iklim merupakan keadaan
dimana yang sangat menentukan sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh pada
iklim tertentu. Selain iklim dapat menentukan produktivitas tanaman kedelai
tetapi dapat juga menentukan dalam hal kandungan gizi yang dihasilkan tanaman
tetapi masyarakat tidak mementingkan gizi yang terkandung dalam tanaman kedelai
tersebut yang penting bagi masyarakat adalah memproduksi tinggi dan mendapat keuntungan
yang sebesar-besarnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
iklim tropis yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Untuk
daerah iklim tropis kandungan gizi didalam tanaman hanya banyak mengandung
karbohidrat yang tinggi tetapi rendah kandungan protein pada setiap tanaman
yang dihasilkan tetapi kedlai mampu memproduksi protein yang banyak
(Kartasapoetra, 1990).
Secara garis besar, usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai diantaranya dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul dan
pemenuhan unsur hara. Salah satu pemenuhan unsur hara dilakukan dengan
pemupukan. pemberian pupuk diharapkan akan mempercepat pertumbuhan serta
perkembangan tanaman, meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. Pemupukan yang baik dan benar harus
memperhatikan waktu, jumlah, serta cara pemberian yang tepat dan seimbang.
Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan akan merusak
kondisi fisik, kimia dan biologi tanah serta memacu datangnya pathogen dan
menurunkan daya tahan tanaman dari serangan OPT. Untuk itu diperlukan paket
teknologi pemupukan yang ramah lingkungan. Metode pemupukan yang umumnya dilakukan masyarakat
petani Riau adalah sesuai dengan kebiasaanya, yang terjadwal dan memberikan
dengan dosis tinggi tanpa mempertimbangkan akan kebutuhan tanaman yang
dipupuknya, padahal pemupukan dengan dosis tinggi belum tentu akan
dijerap oleh tanaman karena kemungkinan unsure hara pada pupuk bisa dijerap
oleh koloid tanah pada ikatan gugus fungsional bahan organic.
Peningkatan produktivitas tanaman kedelai merupakan hal yang penting dalam
memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi tanaman
kedelai ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama
dan penyakit dan varietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim
yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya
merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan oleh sinar
matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi tanaman cahaya
sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam melakukan fotosintesis yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Bukan hanya dalam hal
fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi proses pekembangan
seperti perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya hipocotyl, perluasan
daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan bunga dan dormansi
tunas (Hidayat, 1995).
Pengolahan tanah merupakan usaha manipulasi tanah dengan menggunakan tenaga
mekanis untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
Salah satu usaha dalam pengolahan tanah tersebut adalah pembajakan tanah.
Setiap daerah mempunyai ciri-ciri dan bentuk bajak yang berbeda-beda. Bajak singkal
sebagai salah satu alat pengolahan tanah dipandang sebagai peralatan mekanis
yang dirancang terutama untuk menciptakan sistem mekanis yang dapat mengontrol
pemakaian gaya, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam tanah seperti penggemburan, pembalikan dan
pemotongan serta pergerakan tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
perbedaan bentuk bajak dan kecepatan maju terhadap beberapa sifat fisik tanah
dan mengetahuikualitas tipe bajak yang baik untuk tanah. Perbedaan bentuk bajak
cenderung menunjukkan adanya pengaruh jenis tanah (Latiefuddin, 2013).
Kemajuan teknologi dan perkembangan
industri membuat kemudahan dalam pengolahan tanah. Jarang ditemui lagi
penggunaak alat pertanian secara tradisional, seperti penggunaan tenaga hewan.
Penggunaan hewan (sapi/kerbau) untuk kegiatan
pengolaha tanah sebagai alternatif juga dihadapkan pada kendala semakin
berkurangnya ladang penggembalaan dan meningkatnya permintaan hewan potong
sehingga populasi semakin berkurang. Sejalan dengan permasalahan di atas, maka
perlu diketahui kebutuhan traktor tangan untuk pengolahan tanah padi sawah yang
ideal dengan menggunakan model simulasi sehingga dapat diketahui langkah
strategis dalam upaya mencapai tujuan dasar mekanisasi pertanian selektif.
Penggunaan traktor tangan untuk pengolahan tanah pada padi sawah diarahkan untuk
menunjang konsep mekanisasi pertanian selektif tersebut. Hal ini akan merupakan
daya tarik bagi tenaga kerja yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian. Di
sisi lain pembangunan industri dapat menggeser lahan pertanian produktif
menjadi lahan industri yang mempengaruhi kebutuhan tenaga pengolahan tanah,
khusunya traktor tangan (Prabawa, 2011).
Faktor esensial merupakan faktor yang meliputi beberapa hal seperti air,
unsur hara, sifat fisik tanah dan sifat biologi tanah. Air merupakan mineral
yang terbentuk dari H2 dan O2 sehingga membentuk senyawa
dihidrogen oksida (H2O). Air ini juga sebagai sumber kehidupan
karena 90% makluk hidup memerlukan air dan juga 95% tubuh makluk hidup terdiri
dari air. Bagi kindom plantae atau tanaman air merupakan hal pokok dalam
melakukan berbagai kegiatan seperti fotosintesis, pebelahan sel, perkembangan
tanaman dan lain-lain. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman terutama
tanaman kedelai memerlukan air yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kedelai. Air didapat tanaman kedelai dari dalam tanah melalui bulu-bulu
akar tanaman. Masuknya air ke dalam akar melalui proses difusi yang terjadi
pada sel akar tanaman. Untuk tanaman kedelai tanah yang paling bagus digunakan
adalah tanah yang memiliki ketersedian air yang cukup selama pertumbuhan
tanaman dan memiliki aerasi yang cukup (Gardner, dkk, 1991).
Peningkatan produksi tanaman kedelai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu salah satunya adalah pemupukan. Pengetahuan para petani dalam pemberian
pupuk sangat kurang sehingga menyebabkan penurunan produksi tanaman kedelai.
Para petani hanya menggunakan pengalaman sehingga tidak mengetahui pemberian
pupuk dengan unsur apa dalam fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai.
Akibatnya kualitas tanaman kedelai di Indonesia menurun. Pemberian zat yang
salah dapat menimbulkan akibat yang fatal bagi tanaman dan tanah serta petani
mengalami kerugian. Kerugian tersebut seperti kematian tanaman yang
dibudidayakan, timbulnya gejala-gejala penyakit tanaman yang baru, kerusakan
sifat fisik tanah, tidak ekonomis dan lain sebagainya (Sutejo, 1995).
Unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar merupakan
unsur hara yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan tanaman sehingga dalam
memenuhi unsur N tersebut dilakukan pemberian pupuk Urea. Tidak hanya digunakan
dalam pertumbuhan tanaman unsur N tetapi dalam diferensiasi biji untuk
perkembangan generatif tanaman (Ryan et
al, 2009). Urea juga memiliki kandungan unsur N tinggi sehingga pemberian
pupuk Urea ini dilakukan saat tanaman melakukan pertumbuhan vegetatif tetapi
dalam melakukan pemupukan harus memperhatikan waktu, dosis pupuk yang
diberikan, musim dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan
efektivitas pemberian pupuk ke tanah dan dimanfaatkan bagi tanaman.
Menurut Septiatin (2012), dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada
jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi
dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang
subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai
berikut:
a)
Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b)
Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
c)
Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan
KCl=100 kg/ha.
d)
Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000 - 5000 kg/ha;
Urea=50 - 100 kg/ha, TSP=50 - 75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tiap hektar lahan yang ditanaman kacang kedelai dapat
menghasilkan 198 kg bintil akar per tahun atau setara dengan 440 kg pupuk urea.
Jumlah nitrogen yang dapat ditambat bakteri ini berkisar 40-70% dari seluruh
nitrogen yang dibutuhkan tanaman.Pada tanah yang belum atau telah lama tidak
ditanami kacang-kacangan biasanya populasi mikrobia penambat N sedikit.Oleh
karenanya tanah yang belum pernah ditanamami kacangan maka perlu dikembangkan
teknik inokulasi Rhizobium (Adisarwanto, 2008).
Rhizobium menginfeksi akar
leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose,
karena bakteri ini tidak dapat menghidrolisis selulose. Bakteri yang masuk
kedalam sel akar rambut akan membentuk benang infeksi pada sitoplasma sel akar,
yang kemudian menyatu dengan dinding sel akar. Benang infeksi yang
mengandung bakteri yang telah membelah diri, menembus lapisan korteks dan
merangsang pembentukan sel primordia bintil akar (jaringan nodula). Selanjutnya
sel-sel primordia bintil akar dan sel-sel disekitanya yang tidak terinfeksi
akan membelah dan menggandakan diri, selanjutnya berdifferensiasi dan
berkembang membentuk bintil-bintil akar (Chaniago, 2011).
Pupuk organik
merupakan perlakuan pemupukan yang menggunakan pupuk dari berbagai sisa hasil
metabolisme makluk hidup seperti kotoran cair dan padat maupun sisa organ
makluk hidup yang telah mati seperti daun dan batang tanaman. Kelemahan
pemupukan bahan organik adalah pupuk organik perlu melalui proses yang lama
sehingga keperluan unsur hara tanaman tidak langsung terpenuhi dan dapat
memperlambat proses pertumbuhan tanaman. Salah satu pupuk organik yang banyak
digunakan adalah penggunaan pupuk kandang. Pupuk kandanh merupakan hasil dari
kotoran hewan ternak seperti sapi, unggas dan kambing dalam bentuk padat maupun
cair. Pemberian pupuk kandang terutama dai ayam ini dapat meningkatkan
kandungan unsur hara yang ada didalam tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai terutama berat biji
yang dihasilkan (Shanti, 2009). Karena pupuk kandang yang berasal dari ayam
memiliki unsur N, P dan K cukup tinggi sehingga banyak digunakan para petani.
Pemberian pupuk
baik pupuk kimia maupun pupuk organik perlu memperhatikan berbagai hal agar
tidak terjadi dampak yang buruk bagi tanah maupun lingkungan sehingga dapat
menurunkan produktivitas tanah dan tanaman akan keracunan unsur hara tertentu
karena tidak memperhatikan dampak yang timbul. Salah satu contoh adalah unsur
P. Ketika pemberian unsur P ke dalam tanah dapat menyebabkan residu didalam
tanah karena unsur phosphat ini menyebabkan peningkatan asam organik didalam
tanah sehingga tanah akan berubah menjadi asam sehingga tanaman akan mengalami
kematian (Mohammadi et al, 2010).
Tetapi unsur phospat ini yang mengendap dapat diurai menjadi unsur phospat yang
lebih sederhana dengan penambahan BPF (Bakteri Pelarut Phospat) sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tanaman unsur phospat tersebut.
Pengembangan budidaya kedelai
setelah pertanaman padi di lahan sawah selain merupakan alternatif untuk
peningkatan produksi kedelai dengan biaya input yang relatif rendah juga
berpotensi dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk di lahan sawah. Pemupukan P dan K sampai dengan dosis 100 kg SP-36 dan 150 kg KCl/ha pada
pertanaman kedelai setelah padi di lahan sawah yang biasa dipupuk P dan pengembalian jerami tidak meningkatkan
hasil biji kedelai. Rata-rata hasil biji kedelai
kering tanpa pemupukan P dan K cukup tinggi yaitu sekitar 1,66 ton/ha (Mulyadi dan Sarjiman, 2006).
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Berdasarkan
data literatur menunjukkan bahwa ada beberapa perlakuan yang berbeda hasilnya
tiap tipe tanahnya sesuai dengan kesuburan tanah, antara lain Sawah kondisi tanah
subur: pupuk Urea=50 kg/ha, Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50
kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha, Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk
Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha, Lahan kering kondisi tanah
kurang subur: pupuk kandang=2000 - 5000 kg/ha; Urea=50 - 100 kg/ha, TSP=50 - 75
kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
2.
Pengolahan
tanah perlu dilakukan dalam usaha budidaya tanaman karena dapat meningkatkan
unsur hara, membersihkan gulma dan hama, memperbaiki kondisi fikis, kimia dan
biologis tanah, mencampur atau meratakan tanah, mempersiapkan pengaturan
irigasi dan drainase, memudahkan pekerjaan dilapangan, dan menurunkan laju
erosi
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto.
T, 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Bogor:
Penebar Swadaya.
Chaniago. N,
2011. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan.
Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Medan.
Fachruddin, L.,
2000. Budidaya Kacang-kacang. Yogyakarta: Kanisus.
Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press).
Hidayat, O.O.,
1995. Morfologi Tanaman Kedelai.
Balai Penelitian Tanaman
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Latiefuddin, Hayyu, dan M. Lutfi. 2013.
“Uji Kinerja Berbagai Tipe Bajak
Singkal dan Kecepatan Gerak Maju Traktor Tangan Terhadap hasil Olah pada Tanah
Mediteran”. Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem. 1(3): 274-281.
Mohammadi et al. 2009. Cumulative and Residual
Effects of Organic Fertilizer Application on Selected Soil Properties, Water
Soluble P, Olsen-p and P Sorption Index. Journal
Of Agricultural Science And Technology 11: 487-497.
Mulyadi dan Sarjiman. 2006. Pemupukan P Dan K Terhadap Hasil Kedelai Setelah Pertanaman Padi Di Lahan Sawah. Balitbang:
Jakarta.
Prabawa,
Sigit. 2011. “Model Simulasi Kebutuhan Traktor Tangan untuk Pengolahan Tanah
Padi Sawah”. AGRITECH. 31(2):
124-130.
Ryan et
al. 2009. Nitrogen Fertilizer
Response of Some Barley Varieties in Semi-Arid Conditions in Morocco. Journal Of Agricultural Science And
Technologyl 11: 227-236.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia
Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung: ITB.
Septiatin. A,
2012. Meningkatkan Produksi Kedelai di
Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. Bandung: Yrama Widya
Shanti, Ratna. 2009. Pengaruh Pupuk
Kandang Ayam dan Pengolahan Tanah terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L). Jurnal Agrifor 8(1): 40-47.
Sumarno, 1984. Kedelai
dan Cara Budidaya. Jakarta:
Yasaguna
`
Suprapto, H.S., 1996. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penebar
Swadaya.
0 komentar:
Posting Komentar